Rabu, 24 Oktober 2012

MA'HAD ABU 'UBAIDAH BIN AL JARRAH MEDAN MENERIMA MURID BARU


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

LEMBAGA PENDIDIKAN BAHASA ARAB DN STUDI ISLAM 
MA'HAD ABU 'UBAIDAH BIN AL JARRAH MEDAN 
MENERIMA MAHASISWA / I BARU


SELESAI KULIAH LANGSUNG KERJA (BAGI LAKI-LAKI)

PERSYARATAN PENDAFTARAN :

* FOTOKOPI IDENTITAS DIRI (KTP/SIM/PASPOR)
* FOTOKOPI IJAZAH TERAKHIR 
* PAS PHOTO BERWARNA UK. 2X 3 DAN 4X6 @2 LEMBAR 
* MENGISI FORMULIR PENDAFTARAN 
* REKOMENDASI DARI SEKOLAH, ORGANISASI/YAYASAN
* UNTUK TAHFIZ USIA 17- 30 THN


WAKTU PENDAFTARAN : 

~ PENDAFTARAN 

  GELOMBANG I   : 24 SEPT - 22 NOV 2012 
  GELOMBANG II  : 26 NOV 2012 - 03 JANUARI 2013

~UJIAN MASUK 

  GELOMBANG I   : 26 NOV 2012
  GELOMBANG II  : 05 JANUARI 2013

~ PENGUMUMAN HASIL UJIAN : 01 FEBRUARI 2013 

~ DAFTAR ULANG                          : 01-02 FEBRUARI 2013

~ ORIENTASI                                    : 04 FEBRUARI 2013

~ KULIAH PERDANA                      : 04 FEBRUARI 2013

~ FASILITAS                                      

   BAHASA PENGANTAR BERBAHASA ARAB
   KURIKULUM STANDART LIPIA 
   PENGAJAR LULUSAN TIMUR TENGANAH D AN LIPIA
   GEDUNG DAN RUANG BELAJAR REPRESENTATIVE 
   LABORATURIUM BAHASA
   PERPUSTAKAAN 
   TEMPAT PARKIR AMAN 
   TERSEDIA KELAS PAGI (MAHASISWA) SORE (MAHASISWI)
   TERSEDIA ASRAMA  BAGI MAHASISWA/I LUAR KOTA (TERBATAS)
   TERSEDIA FASILITAS WI-FI

JL. DOKTER MANSYUR GANG BERDIKARI NO. 17 E
MEDAN SELAYANG, MEDAN, SUMUT 
TELP: 061-8226157 
EMAIL: abuubaidah@mdn.centrin.net.id
 

 



Jumat, 05 Oktober 2012

"Wanita, " Racun Dunia" atau " Perhiasan Dunia" ?


                                                             Oleh : Susan Rhs

Siapa yang tak kenal dengan pepatah “ Wanita adalah racun dunia” sebuah pepatah yang cukup masyhur dan seolah menyudutkan sorang wanita, akan tetapi pepatah ini juga tak dapat disangkal secara mutlak. Betapa tidak, sejarah sudah berbicara bahwa berapa banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang tidak beriman kepada Allah Swt dan karirnya hancur hanya disebabkan bujuk rayu wanita. Hanya dengan ucapan dan rayuan, seorang wanita mampu menjerumuskan kaum pria ke dalam lembah dosa yang hina. Berapa banyak persaudaraan di antara kaum mukminin terputus hanya dikarenakan wanita. berapa banyak pula seorang anak laki-laki tega dan menelantarkan ibunya demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang dapat membuktikan bahwa penyebabnya adalah wanita. Dan mungkin kita juga masih ingat dengan kisah Nabi Adam yang dikeluarkan oleh Allah dari syurga akibat bujuk rayu Siti Hawa agar memakan buah quldi, dan pembunuhan pertama di dunia yang terjadi antara Habil dan Qabil hanya karena merebutkan wanita cantik Ikrimah, dan semua kejadian itu juga tak terlepas dari ikut campur tangan syetan.

Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya, karena titik kelemahan wanita terletak pada harta dan kemegahan dunia, sedangkan titik kelemahan pria adalah wanita. Dimana keduanya ini saling bersinergi jika disatukan, wanita menginginkan kemewahan dunia dan pria menginginkan ketenangan batinya yaitu wanita. Seperti yang saya sampaikan diatas, jika simbiosis mutualisme ini disatukan tanpa modal keimanan dan ketaqwaan, maka ikut campur syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik mereka agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda.

Wanita memang banyak berperan dalam kehidupan. Betapa tidak, segala urusan kalau sudah ditangani oleh yang namanya wanita, maka semua akan mudah. Bayangkan dengan tangan wanita, yang beserak bisa menjadi rapi, yang kotor bisa  menjadi bersih, yang keras bisa menjadi lembut, yang bengkok bisa menjadi lurus, bahkan yang bajingan sekalipun bisa disulap menjadi seperti malaikat oleh seorang makhluk yang bernama wanita. Begitupun sebaliknya, orang yang sehat bisa menjadi sakit, yang waras menjadi gila, dan orang yang taat kepada Allah bisa menjadi durhaka kepada Allah hanya karena wanita.

Maka tidak salah jika Nabi Saw sendiri mengatakan bahwa kebanyakan dari ahli neraka adalah kaum hawa. Dan hal inilah yang digambarkan oleh Nabi dalam haditsnya : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya). Hadits ini menjelaskan kepada kita apa yang disaksikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang penduduk syurga yang mayoritasnya adalah fuqara (para fakir miskin) dan neraka yang mayoritas penduduknya adalah wanita. Dan di hadits lain juga dijelaskan dari Imran bin Husain dia berkata, Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :“Sesungguhnya penduduk syurga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadits di atas dengan pernyataannya : “Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka  dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama. Maka wanita seperti inilah yang dinamakan “wanita  racun dunia”, bahkan bukan hanya sebagai racun dunia,  bisa jadi ia jauh dari wanginya syurga. Nau’zubillah.

Setiap manusia diilhami Allah dua potensi dalam dirinya yaitu potensi untuk berbuat kebaikan atau keburukan, sebagaimana Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an yang artinya : Demi jiwa serta seluruh penyempurnaanNya, Maka Dia Allah mengilhamkan jalan kejahatan dan ketaqwaan, maka sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan jiwa itu dan merugi orang-orang yang mengotorinya (Asy-Syam 7-10).  Dari ayat diatas dapat disimpulkan, bahwa wanita adalah salah satu makhluk Allah yang juga tidak terlepas dari kedua potensi tersebut. Jika wanita mengembangkan potensi keburukanya, maka ia bisa saja menjadi “ Racun Dunia”, tetapi bila wanita lebih cenderung mengembangkan potensi kebaikan melalui bimbinga’Nya, maka niscahaya ia juga bisa menjadi “Perhiasan Dunia” bahkan lebih dari itu, ia bisa menjadi calon bidadari syurga nantinya.  Dan seperti apakah wanita yang menjadi “Perhiasan Dunia” itu? Tentunya waniata shalehah seperti yang disabdakan Nabi Saw: “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim).

Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung pada ketaatannya terhadap aturan-aturan Allah dan Rasul, serta mampu menjalin hubungan emosional yang baik, baik itu secara vertikal (HablumminaAllah) maupun secara horizontal (Hablumminannas) dan semua aturan-aturan tersebut berlaku universal. Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Atau ambil ilmunya dari mereka, dan bahkan kita memiliki banyak sosok wanita shalihah yang bisa kita jadikan panutan. Contohnya istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah, ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak. Dan seperti  Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal.   Begitu juga, seorang anak yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Meskipun keimanan itu bukanlah sebuah keturunan, tetapi dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya itu juga sangat berperan penting dalam tumbuh kembang anak. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Jadi tarbiyah seorang ibu sangat mempengaruhi dalam menciptakan anak yang shaleh dan shaleha. Dan perlu kita ketahui,  banyak wanita bisa sukses, namun tidak semua bisa shalihah. Bahkan K.H Abdulah Gymnastiar berkata wanita yang sukses itu bukan wanita yang mampu mengukir segudang prestasi dalam karirnya, tetapi wanita yang sukses sesengguhnya ialah wanita yang mampu mencetak generasi hebat dan tangguh, baik dari segi duniawi maupun ukhrawi.

Jadi, peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga maupun negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.  Sebagai seorang wanita kita bisa memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah dan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita. Menjadi shalihah atau tidak adalah sebuah pilihan, dan ketahuilah wahai wanita, dalam hidup ini akan selalu ada pilihan, dan setiap pilihan memerlukan sebuah perjuangan dan setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Wallahu’alam

Selasa, 02 Oktober 2012

SELAMATKAN LISAN DARI PETAKA




Oleh: Finza H.
            Lisan adalah anugerah Allah yang patut kita syukuri sebab tanpa lisan kita tidak dapat berbicara sedikitpun. Meski ukurannya kecil namun perannya begitu penting bagi kehidupan kita. Betapa tidak, lisanlah yang menghantarkan kita ke surga atau ke neraka.
            Lisan tak ubahnya pedang. Apabila kita menggunakannya dengan benar maka ia bisa menjadi perisai bagi kita, namun jika kita salah dalam menggunakannya maka ia justru menjadi boomerang bagi kita. Itulah mengapa Rasullah SAW sangat menekankan kepada umatnya untuk benar-benar memelihara lisannya.
            Dari Sufyan Bin Abdullah Ats-Tsaqofi, Dia berkata, “Saya telah bertanya, ‘Wahai Rasullah, katakanlah kepadaku satu urusan untuk aku jadikan pegangan,’ Rasullah bersabda ‘Katakanlah Rabbku adalah Allah, kemudian istiqomahlah!’ Aku berkata, ‘Wahai Rasullah, sesuatu apakah yang paling engkau takutkan dariku?’ Kemudian beliau memegang lidahnya dan bersabda, ‘Ini’ (Lisannya).” (HR. Tirmidzi)
            Hadits di atas menunjukkan pada kita bahwa lisan adalah sesuatu yang memiliki bahaya besar bagi kita. Sampai-sampai Rasullah merasa takut kalau kita salah dalam menggunakannya. Dan diam merupakan perkara yang lebih baik jika kita tidak bisa berkata yang baik.
            “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih)
            Bahaya lisan tampaknya tak begitu disadari oleh pemiliknya. Buktinya kita jarang sekali menyadari gerak lisan kita. Hanya dalam hitungan detik lisan kita mampu mengeluarkan berbagai kata, entah itu baik atau tidak. Lalu lisan yang bagaimanakah yang mendatangkan petaka?
  1. Menyakiti Tetangga
Dari Abu Huroiroh RA, ia berkata: Ada seorang lelaki mengatakan, “Wahai Rasullah, si fulanah terkenal banyak sholat, puasa dan sedekahnya. Sayangnya, ia suka menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasullah bersabda, ‘Dia di neraka.’ Lelaki itu berkata lagi, ‘Wahai Rasullah, ada lagi si fulanah, dia terkenal sedikit puasa, sedekah, dan sholatnya. Tetapi ia suka memberi sedekah walaupun hanya sepotong roti dan tidak suka menyakiti tetangganya dengan lisannya.’ Beliau bersabda, “Dia di surga.” (HR. Ahmad)
            Inilah perkara yang sering kali kita lupakan. Bahwa Islam bukan hanya akidah, tetapi juga ibadah, akhlak, serta muamalah (Cara bergaul). Ibadah yang banyak tidak menjamin diri kita ke surga, pun sebaliknya ibadah yang menurut kita sedikit belum tentu mengantarkan kita ke neraka. Subhallah. Di sinilah kita ditutuntut untuk bertawadzun (Seimbang) dalam megamalkan seluruh perintah Allah baik dalam konteks ibadah maupun akhlak. Lagi-lagi lisan memiliki peran penting dalam ibadah dan akhlak seseorang. Sempurna ibadahnya namun sayang ia lupa dengan benda yang Rasul sudah memerintahkan untuk memperhatikannya. Semoga kita terhidar dari lisan seperti ini.
  1. Mengghibah Orang Lain
Rasullah SAW pernah ditanya tentang pengertian ghibah kemudian beliau menjawab, “Engkau menyebut saudaramu dengan perkara yang tidak ia sukai.” Si penanya kembali bertanya “Bagaiamana kalau kenyataannya ia memang demikian?” Beliau bersabda “Jika benar ia seperti yang kau katakan, engkau telah mengghibahnya. Jika tidak, maka engaku telah memfitnahnya.” (HR. Tirmidzi)
Dua petaka mengancam ketika kita membicarakan orang lain. Pertama petaka akibat menggunjing, kedua petaka fitnah yang nyaris tak bisa kita hindarkan ketika menggunjing orang lain. Allah telah mengingatkan kita:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]


  1. Meng’kafir’kan orang lain dan berdakwah tanpa amal
Fenomena menyedihkan saat ini, dimana kita sesama umat Islam dengan mudahnya mengupat sauadara seakidahnya dengan kata “Kafir” padahal belum tentu ia lebih baik dari orang yang dikatakannya kafir.
“Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya, ‘Hai kafir’ maka sungguh salah seorang dari keduanya kembali dengan menyandang kekufuran itu.” (HR. Bukhory-Muslim)
Demikian pula halnya dalam berdakwah, acapakali kita lalai dengan apa yang kita sampaikan. Kita mengajak orang lain untuk berbuat baik tetapi kita sendiri lalai dalam pengamalannya. Tiada petaka yang lebih buruk dari petaka ini.
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (Ash-Shaf: 2—3)
Kini jelas bagi kita tiada bahaya yang lebih besar dari bahaya lisan. Namun di sisi lain lisan jualah yang dapat mengantarkan kita ke surga. Yaitu lisan yang terhindar dari perkara buruk dan senatiasa berdzikir. Berdzikir adalah suatu perkara yang juga mudah diucapkan oleh lisan kita. Banyak sekali kalimat-kalimat yang mudah kita ucapkan namun memiliki nilai besar di sisi Allah Ta’ala. Diantaranya:
“Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ada dua kalimat yang dicintai oleh Allah, ringan di lisan, dan berat ditimbangan: (yaitu bacaan) subhaanallaahi wa bihamdihi subhaanallaahil ‘adzim [Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, Mahasuci Allah Yang Mahaagung]” (HR. Al Bukhari)
Dan ada kalimat yang benar-benar akan menyelamatkan kita dari neraka jika kita bersungguh-sungguh dalam memaknainya. Yatu kalimat “Laa ilaha illallah Muhammadar rasullah”.
Sekali lagi hanya ada dua pilihan bagi kita, berkata yang baik atau diam. Dan mari kita bahasi lisan kita dengan dzikir kepada Allah.
Allahu Musata’an. Wallahu Ta’ala Bish-showwab.
#Penulis adalah Tholibat Ma’had Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah Medan